BAB 1 : ETIKA DAN BISNIS
·
Definisi
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan
dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Etika
bisnis merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, artinya esensi etika
bisnis berlaku di mana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang
jabatan, ras, pendidikan, dan agama. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan
pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai
pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang
luhur, jujur, transparan dan sikap yang professional
·
Hakekat
Mata Kuliah Etika Bisnis
Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani)
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat istiadat (kebiasaan). Sebagai
suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu
ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
·
Etiket
moral, hukum dan agama
1. Moral
: aturan kesusilaan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradap (ajaran
baik dan buruk, perbuatan, dan kelakuan atau akhlaq).
2. Etiket
: cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang
mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta
ditentukan dalam suatu kalangan tertentu
3. Agama:
sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan
4. Hukum:
sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan
·
Hubungan
antara etika dan agama
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama
merupakan hal yang tepat untuk membeerikan orientasi moral. Pemeluk agama
menemukan orientas dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu
memerlukan keterampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekedar
indoktrinasi. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional semata mata
sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama hanya
terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkat etika terbuka bagi setiap orang
dari semua agama dan pandangan dunia.
·
Hubungan
antara etika, moral dan hukum
Jika kita membahas tentang norma, etika, dan hukum
tentunya kita tidak dapat melepaskannya dari segi moral. Dari arti kata, etika
dapat disamakan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latin “mos” yang
berarti adat kebiasaan. Menurut sonny keraf yang membedakan antara moral dengan
etika yaitu nilai-nilai moral mengandung nasihat, peraturan, dan perintah turun
temurun melalui suatu budaya tertentu. Sedangkan etika merupakan refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma manusia yang menentukan dan terwujud
dalam sikap dan perilaku hidup manusia. Karena etika dan moral saling
mempengaruhi, maka keduanya tentu memiliki hubungan yang erat dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Norma sebagai bentuk perwujudan dari
etika dan moral yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Norma tersebut dapat
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainya meski tiap daerah memiliki
norma yang berbeda-beda namun tujuannya tetap sama yaitu mengatur kehidupan
bermasyakarat agar tercipta suasana yang mendukung dalam hidup bermasyarakat.
Sedangkan hukum merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bermasyarakat yang memiliki etika, moral, dan norma-norma didalamnya
hukum berperan sebagai pemberi sanksi. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi sosial
sebagai akibat dari pelanggaran norma-norma sosial masyarakat dan sanksi hukum
apabila norma-norma yang dilanggar juga termasuk dalam wilayah peraturan humuk
yang berlaku.
·
Klasifikasi
Etika
Etika normatif merupakan cabang etika yang
penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaiamna
seharusnya seseorang bertindak secara etis. Dengan kata lain, etika normatif
adalah sebuah studi tindakan atau keputusan etis. Disamping itu, etika normatif
berhubungan dengan pertimbangan-pertimbangan tentang apa saja kriteria-kriteria
yang harus dijalankan agar suatu tindakan atau kepuasan itu menjadi baik.
Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori
etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain
privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan
lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis
dan etika lingkungan. Secara umum ada dua fitur yang diperlakukan supaya sebuah
permasalahan dapat dianggap sebagai masalah etika terapan.
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa
yang dianggap ‘etis’ oleh individu atau masyarakat. Dengan begitu, etika
deskriptif bukan sebuah etika yang mempunyai hubungan langsung dengan filsafat
tetapi merupakan sebuah bentuk studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku
individual atau kelompok.
Metaetika berhubungan dengan sifat penilaian moral.
Fokus dari metaetika adalah arti atau makna dari pernyataan pernyataan yang ada
didalam etika. Dengan kata lain, metaetika merupakan kajian tingkat kedua dari
etika.
·
Konsepsi
etika
Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan yang telah dikerjakan
itu salah atau benar, baik atau buruk etika tidak mempersoalkan keadaan manusia
melainkan mempersoalkan bagaiaman manusia harus bertindak. Norma hukum berasal
dari hukum, norma agama berasal dari agama, norma sopan santun berasal dari
kehidupan sehari-hari, norma moral berasal dari etika. Etika menyangkut cara
melakukan perbuatan manusia. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan
boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika terhadap sesama, etika
terhadap keluarga, etika terhadap profesi, etika terhadap politik, etika
terhadap lingkungan hidup, dan kritik ideologi
BAB 2 : Prinsip Etis dalam Berbisnis serta Etika dan
Lingkungan Perusahaan
Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang
harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Oleh karena itu, etika bisnis memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan
acuan dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yang dimaksud.
Adapun prinsip prinsip etika bisnis tersebut sebagai berikut :
·
Prinsip
Otonomi
Otonomi dalam Etika Bisnis
Prinsip otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa
perusahaan secara bebas memiliki kewenangan sesuai dengan bidang yang dilakukan
dan pelaksanaannya sesuai dengan visi dan misi yang dipunyainya. Contoh prinsip
otonomi dalam etika binis : perusahaan tidak tergantung pada pihak lain untuk
mengambil keputusan tetapi perusahaan memiliki kekuasaan tertentu sesuai dengan
misi dan visi yang diambilnya dan tidak bertentangan dengan pihak lain.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan
sebagai kehendak dan rekayasa bertindak secara penuh berdasar pengetahuan dan
keahlian perusahaan dalam usaha untuk mencapai prestasi-prestasi terbaik sesuai
dengan misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan. Disamping itu,
maksud dan tujuan kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak
eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut
paut dengan kebijakan eksekutif perusahaan dalam mengemban misi, visi
perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran , kesejahteraan para pekerjanya
ataupun komunitas yang dihadapinya. Otonomi disini harus mampu mengacu pada
nilai-nilai profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan sumber
daya ekonomi. Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan wawasan yang baik
sesuai dengan nilai universal maka perusahaan harus secara bebas dalam arti
keleluasaan dan keluwesan yang melekat pada komitmen tanggung jawab yang tinggi
dalam menjalankan etika bisnis.
Oleh karena itu konklusinya dapat diringkaskan bahwa
otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan etika bisnis ini
meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas :
1. Dalam pengambilan keputusan bisnis.
2. Dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para
pihak yang terkait dan pihak-pihak masyarakat dalam arti luas.
·
Prinsip
Kejujuran
Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai
yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan
bisnis akan berhasil jika dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap
karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
kegiatan bisnis ini. Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis
berdasarkan kejujuran ini terutama dalam pemakai kejujuran terhadap diri
sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap diri sendiri ini mampu
dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan maka pasti akan
terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip kejujuran terhadap
semua pihak terkait.
·
Prinsip
Keadilan
Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis
Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur
bisnis menggunakan etika bisnis adalah keadilan bagi semua pihak yang terkait
memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung terhadap keberhasilan
bisnis. Para pihak ini terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh karena itu,
semua pihak ini harus mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang
diberikan oleh masing-masing pihak ini pada bisnis. Semua pihak harus mendapat
akses layak dari bisnis. Tolak ukur yang dipakai menentukan atau memberikan
kelayakan ini sesuai dengan ukuran-ukuran umum yang telah diterima oleh
masyarakat bisnis dan umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam
alokasi sumber daya ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen, menyepakati
harga yang pantas bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan
keuntungan yang wajar bagi pemilik perusahaan dan lain-lain.
·
Hormat
pada Diri Sendiri
Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri dalam Etika Bisnis
Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis
merupakan prinsip tindakan yang dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu
sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke masyarakat merupakan cermin diri
bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis memberikan kontribusi yang
menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama.
Sebaliknya jika bisnis memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat
tentu tidak menyenangi terhadap bisnis yang bersangkutan. Namun jika para
pengelola perusahaan ingin memberikan respek kehormatan terhadap perusahaan,
maka lakukanlah respek tersebut para pihak yang berkepentingan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
·
Hak
dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban Dalam Etika Bisnis
Setiap karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan
memiliki kewajiban-kewajiban sebagai berikut : kewajiban dalam mencari mitra
(rekanan) bisnis yang cocok yang bisa diajak untuk bekerjasama, saling
menguntungkan diantara kedua belah pihak dalam pencapaian tujuan yang telah
disepakati bersama demi kemajuan perusahaan, menjunjung tinggi nilai-nilai
moral yang terwujud dalam perilaku dan sikap dari setiap karyawan terhadap
mitra bisnisnya, bila tujuan dalam perusahaan ini tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada setidaknya karyawan-karyawan tersebut telah melaksanakan kegiatan bisnisnya
dengan suatu tindakan yang baik. Lalu bagian SDM perusahaan akan mencoba untuk
menganalisis sebab timbulnya bisnis tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, dan
menemukan dimana terjadinya letak kesalahan serta mencari solusi yang tepat
untuk menindak lanjuti kembali agar bisnis yang dijalankan dapat meningkat
secara pesat seiring perkembangan waktu.
Bukan hanya kewajiban saja yang harus dijalankan,
hak etika bisnispun juga sangat diperlukan, diantaranya : Hak untuk mendapatkan
mitra (kolega) bisnis antar perusahan, hak untuk mendapatkan perlindungan
bisnis, hak untuk memperoleh keuntungan bisnis, dan hak untuk memperoleh rasa
aman dalam berbisnis. Selain itu dalam berbisnis setiap karyawan dalam suatu
perusahaan juga dapat mementingkan hal-hal yang lebih utama, seperti :
kepercayaan, keterbukaan, kejujuran, keberanian, keramahan, dan sifat pekerja
keras agar terjalinnya bisnis yang saling menguntungkan diantara kedua belah
pihak bisnis tersebut.
·
Teori
Etika dan Lingkungan
Ekosentrisme
Merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan
biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena
terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang
antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia.
Keduanya memperluas keberlakuan etika untukmencakup komunitas yang lebih luas.
Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang
memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan
dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung
atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya
manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain
di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang
dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai
obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya
alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya
sendiri.
Biosentrisme
Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada
komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada
ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem
seluruhnya (ekosentrism). Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan
yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral Sehingga bukan hanya
manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga
tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral
dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka
sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.
Prinsip
Etika dilingkungan Hidup
Keraf (2005 : 143-159) memberikan minimal ada
sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup:
1. Sikap
hormat terhadap alam atau respect for nature alam mempunyai hak untuk
dihormati, tidak saja karena kehidupan manusia tergantung pada alam, tetapi
terutama karena kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral dari
alam.
2. Prinsip
tanggung jawab atau moral responsibility for nature prinsip tanggung jawab
bersama ini, setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki yang
tinggi seakan milik pribadinya
3. Solidaritas
kosmis atau cosmic solidarity solidaritas kosmis mendorong manusia untuk
menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di alam.
4. Prinsip
kasih sayang dan kepedulian terhadap alam atau caring for nature Prinsip kasih
sayang dan kepedulian terhadap alam merupakan prinsip moral, yang artinya tanpa
mengharapkan balasan
5. Prinsip
tidak merugikan atau no harm merupakan prinsip tidak merugikan alam secara
tidak perlu,.tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam
eksistensi makhluk hidup lainnya.
6. Prinsip
hidup sederhana dan selaras dengan alam prinsip ini menekankan pada nilai,
kualitas, cara hidup, dan bukan kekayaan, sarana, standart material.
7. Prinsip
keadilan prinsip keadilan lebih diekankan pada bagaimana manusia harus
berperilaku satu terhadap yang lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan
bagaimana sistem sosial harus diatur.
8. Prinsip
demokrasi alam semesta sangat beraneka ragam. demokrasi memberi tempas yang
seluas – luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman, dan pluralitaas. oleh karena
itu orang yang peduli terhadap lingkungan adalah orang yang demokratis.
Prinsip integritas moral prinsip ini menuntut
pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku terhormat serta memegang teguh
prinsip – prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik.
SUMBER:
https://mariaulfah56.wordpress.com/2015/12/05/prinsip-otonomi-kejujuran-dan-keadilan-pada-etika-bisnis/
https://hakimfajrurachman.wordpress.com/2015/11/09/etika-dan-bisnis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar